Sejarah Persatuan Hati (PH)
Menurut Penuturan Mendiang Bpk FX.Marto Harjono Kepada Siswa Baru
Tokoh tokoh "Be United" yang sering disebut-sebut dikalangan PH antara lain: Rm Mangku Pujono(Guru Besar), Rm Nardi, Mbah Djoyo, Pak Wignyo dll.
Pada akhirnya tahun 1927 "Be United" secara terbuka mengubah nama menjadi " Persatuan Hati" yaitu Perkumpulan Pencak "Persatuan Hati" ini dikarenakan didirikan oleh para sesepuh/pendekar sepuh di kalangan Ngayogjokarto hadiningrat, dan para sesepuh mendapat mandat dari kasultanan untuk menyebar luaskan ke masyarakat. Tujuanya adalah agar nilai-nilai keprajuritan/bela negara dapat diajarkan ke masyarakat umum.
Menurut buku lama "PH" yang masih berjudul "Be United" disebutkan para sesepuh PH belajar bersama-sama ilmu pencak di sebuah lereng "gunung sempu" . Sebuah lereng pegunungan didaerah barat daya kota jogjakarta
Menurut Penuturan Mendiang Bpk FX. Marto Harjono
Kepada murid-murid PH
1. Perisai berbentuk segilima berwarna kuning.
-Beladiri ini sebagai alat pertahanan diri, dengan didasari semangat perdamaian dan berasaskan pancasila.
2. Senjata tombak, keris dan trisula yang dihubungkan/ikat dengan rantai membentuk
segitiga.
-Bahwa aliran pencak ini berasal dari daerah dimana senjata itu berasal yaitu Mataram/Jogjakarta.
3. Lidah api yang berkobar menyala membingkai gambar hati.
-Menyebarkan semangat rasa persaudaraan, persatuan dan perdamaian.
4. Huruf PH di dalam hati.
-Bahwa aliran pencak ini bernama aliran PH atau Persatuan Hati.
Secara umum PH /Persatuan Hati
Bermakna :
-Bersatunya hati kita dengan sang khalik, dan bersatunya hati kita dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar.
-Bersatunya hati kita dengan sesama anggota PH dengan didasari rasa persaudaraan dan persatuan yang hakiki ( Sehati).
Pitutur Jawa yang diajarkan oleh Mendiang Bpk FX. Marto Harjono
Kepada murid PH
1. Ojo Adigang Adigung Adiguno.
Jangan menyombongkan kekuatannya, kebesaranya, kemampuanya.
2. Ojo tinggal glanggang colong playu.
Harus berani menghadapi tantangan, dan jangan lari dari tanggung jawab.
3. Ojo dumeh.
Jangan mentang-mentang.
4. Ojo kagetan.
Jangan mudah kaget dengan sesuatu.
5. Ojo gumunan.
Jangan mudah heran /silau dengan sesuatu.
6. Kudu Andhap asor.
Harus selalu bersikap rendah hati.
7. Tansah eling lan waspodo
Selalu ingat siapa diri kita, dan selalu waspada.
8. Ngluruk tanpa bolo, menang tanpo ngasorake.
Berani menghadapi sendiri tanpa harus membawa banyak teman,
Mengalahkan lawan, tanpa lawan merasa direndahkan.
9. Kudu gesit lan trengginas.
Harus giat, tekun dan selalu bergerak dengan cepat.
10.Ojo blereng mring kadonyan.
Jangan silau dengan hal yang bersifat keduniawian/materialistik.
Pada awal 1920 an di Jogjakarta ada paguyuban/perkumpulan pencak yang merupakan para ahli waris dari sisa-sisa prajurit Pangeran Diponegoro dari Trah Wongso Manggolo, mereka tergabung dalam perkumpulan " Be United" tujuan dari paguyuban ini adalah nguri-uri atau melestarikan warisan budaya /seni dan nilai perjuangan Pangeran Diponegoro. Pada awalnya pencak yang diajarkan dalam perkumpulan ini adalah pencak dari keturunan prajurit Mataram sejak jaman Panembahan Senopati, pada jaman itu pencak diajarkan hanya untuk prajurit dan perwira, serta ksatria Mataram. Ketika pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, banyak prajurit P.Diponegoro yang kocar-kacir melarikan diri dari kejaran tentara Belanda ke seluruh pelosok pulau jawa, untuk menghindari penangkapan. Sedangkan yang tersisa dan sembunyi di wilayah jogjakarta mereka membentuk suatu paguyuban secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.
Menurut Penuturan Mendiang Bpk FX.Marto Harjono Kepada Siswa Baru
Tokoh tokoh "Be United" yang sering disebut-sebut dikalangan PH antara lain: Rm Mangku Pujono(Guru Besar), Rm Nardi, Mbah Djoyo, Pak Wignyo dll.
Pada akhirnya tahun 1927 "Be United" secara terbuka mengubah nama menjadi " Persatuan Hati" yaitu Perkumpulan Pencak "Persatuan Hati" ini dikarenakan didirikan oleh para sesepuh/pendekar sepuh di kalangan Ngayogjokarto hadiningrat, dan para sesepuh mendapat mandat dari kasultanan untuk menyebar luaskan ke masyarakat. Tujuanya adalah agar nilai-nilai keprajuritan/bela negara dapat diajarkan ke masyarakat umum.
Menurut buku lama "PH" yang masih berjudul "Be United" disebutkan para sesepuh PH belajar bersama-sama ilmu pencak di sebuah lereng "gunung sempu" . Sebuah lereng pegunungan didaerah barat daya kota jogjakarta
Arti Lambang PH
Menurut Penuturan Mendiang Bpk FX. Marto Harjono
Kepada murid-murid PH
1. Perisai berbentuk segilima berwarna kuning.
-Beladiri ini sebagai alat pertahanan diri, dengan didasari semangat perdamaian dan berasaskan pancasila.
2. Senjata tombak, keris dan trisula yang dihubungkan/ikat dengan rantai membentuk
segitiga.
-Bahwa aliran pencak ini berasal dari daerah dimana senjata itu berasal yaitu Mataram/Jogjakarta.
3. Lidah api yang berkobar menyala membingkai gambar hati.
-Menyebarkan semangat rasa persaudaraan, persatuan dan perdamaian.
4. Huruf PH di dalam hati.
-Bahwa aliran pencak ini bernama aliran PH atau Persatuan Hati.
Secara umum PH /Persatuan Hati
Bermakna :
-Bersatunya hati kita dengan sang khalik, dan bersatunya hati kita dengan sesama manusia dan lingkungan sekitar.
-Bersatunya hati kita dengan sesama anggota PH dengan didasari rasa persaudaraan dan persatuan yang hakiki ( Sehati).
Pitutur Jawa yang diajarkan oleh Mendiang Bpk FX. Marto Harjono
Kepada murid PH
1. Ojo Adigang Adigung Adiguno.
Jangan menyombongkan kekuatannya, kebesaranya, kemampuanya.
2. Ojo tinggal glanggang colong playu.
Harus berani menghadapi tantangan, dan jangan lari dari tanggung jawab.
3. Ojo dumeh.
Jangan mentang-mentang.
4. Ojo kagetan.
Jangan mudah kaget dengan sesuatu.
5. Ojo gumunan.
Jangan mudah heran /silau dengan sesuatu.
6. Kudu Andhap asor.
Harus selalu bersikap rendah hati.
7. Tansah eling lan waspodo
Selalu ingat siapa diri kita, dan selalu waspada.
8. Ngluruk tanpa bolo, menang tanpo ngasorake.
Berani menghadapi sendiri tanpa harus membawa banyak teman,
Mengalahkan lawan, tanpa lawan merasa direndahkan.
9. Kudu gesit lan trengginas.
Harus giat, tekun dan selalu bergerak dengan cepat.
10.Ojo blereng mring kadonyan.
Jangan silau dengan hal yang bersifat keduniawian/materialistik.
Pada awal 1920 an di Jogjakarta ada paguyuban/perkumpulan pencak yang merupakan para ahli waris dari sisa-sisa prajurit Pangeran Diponegoro dari Trah Wongso Manggolo, mereka tergabung dalam perkumpulan " Be United" tujuan dari paguyuban ini adalah nguri-uri atau melestarikan warisan budaya /seni dan nilai perjuangan Pangeran Diponegoro. Pada awalnya pencak yang diajarkan dalam perkumpulan ini adalah pencak dari keturunan prajurit Mataram sejak jaman Panembahan Senopati, pada jaman itu pencak diajarkan hanya untuk prajurit dan perwira, serta ksatria Mataram. Ketika pangeran Diponegoro ditangkap oleh Belanda, banyak prajurit P.Diponegoro yang kocar-kacir melarikan diri dari kejaran tentara Belanda ke seluruh pelosok pulau jawa, untuk menghindari penangkapan. Sedangkan yang tersisa dan sembunyi di wilayah jogjakarta mereka membentuk suatu paguyuban secara diam-diam dan sembunyi-sembunyi.
❤️❤️❤️
ReplyDelete